BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ketrampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat
segi, yaitu, ketrampilan menyimak atau mendengarkan, ketrampilan berbicara,
ketrampilan membaca, dan ketrampilan menulis. Dimakalah ini kami akan membahas
tentang Perkembangan Bahasa Pada Manusia yaitu Ketrampilan Membaca dan Menulis.
Membaca mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan
manuisa sepanjang masa. Yang dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan informasi, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau bahasa tulis.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan
menulis ini maka sang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara
otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.
1.2
Rumusan Masalah
a. Apakah
pengertian membaca dan menulis?
b. Apakah tujuan
dari membaca dan menulis?
c. Bagaimana cara
mengajar membaca dan menulis?
1.3 Tujuan
Seorang guru harus
bisa mengajarkan membaca dan menulis kepada peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Membaca
2.1
Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan dan informasi, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Dari segi
linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan
sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan
berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding).
Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan
kata-kata tulis (written word)dengan makna bahasa lisan (oral
language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi
bunyi yang bermakna.( Anderson 1972 : 209-210 ).
2.2
Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. ( Anderson 1972 : 214 ).
2.3 Aspek-aspek dalam Membaca
Secara garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
Keterampilan yang
bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini
mencakup:
a). Pengenalan bentuk huruf.
b).Pengenalan unsur-unsur linguistik
(fonem/grofem, kata, frase, pola klause, kalimat,dll)
c). Kecepatan membaca bertaraf lambat.
2. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension
skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi
(higher order). Aspek ini mencakkup:
a). memahami pengertian sederhana (leksikal,
gramatikal, retorikal).
b). memahami signifikansi atau makna.
c). evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
d). Kecepatan membaca yang fleksibel, yang
mudah disesuaikan dengan keadaan.
( Broughton 1978 : 211 ).
2.4 Metode
– metode mengajar membaca
Maka proses membaca dibagi atas:
1. Membaca Klasikal
Yaitu membaca yang dilakukan secara bersama-sama dalam satu kelas. Membaca klasikal biasa dilaksanakan di kelas . Dengan tujuan supaya anak yang belum lancar membaca bisa menirukannya lebih dahulu.
Yaitu membaca yang dilakukan secara bersama-sama dalam satu kelas. Membaca klasikal biasa dilaksanakan di kelas . Dengan tujuan supaya anak yang belum lancar membaca bisa menirukannya lebih dahulu.
2. Membaca Berkelompok
Yaitu membaca yang dilakukan oleh sekelompok siswa dalam satu kelas. Biasanya dilakukan secara berderet. Satu deret dijadikan satu kelompok. Dengan membaca kelompok guru dapat memperhatikan lebih serius (khusus) anak-anak yang sudah lancar membaca ataupun yang belum lancar membaca. Bagi anak-anak yang belum lancar membaca biasanya cenderung diam (tidak menirukan).
Yaitu membaca yang dilakukan oleh sekelompok siswa dalam satu kelas. Biasanya dilakukan secara berderet. Satu deret dijadikan satu kelompok. Dengan membaca kelompok guru dapat memperhatikan lebih serius (khusus) anak-anak yang sudah lancar membaca ataupun yang belum lancar membaca. Bagi anak-anak yang belum lancar membaca biasanya cenderung diam (tidak menirukan).
3. Membaca Perorangan
Yaitu membaca yang dilakukan secara individu. Membaca perorangan diperlukan keberanian siswa dan mudah dikontrol oleh guru. Biasa dilaksanakan untuk mengadakan penilaian.
Yaitu membaca yang dilakukan secara individu. Membaca perorangan diperlukan keberanian siswa dan mudah dikontrol oleh guru. Biasa dilaksanakan untuk mengadakan penilaian.
4. Membaca dalam Hati
Membaca dalam hati yaitu membaca dengan tidak mengeluarkan kata-kata atau suara. Dengan membaca dalam hati siswa dapat lebih berkonsentrasi, sehingga lebih dapat memahami isi yang terkandung dalam sebuah bacaan. Membaca dalam hati sebenarnya membaca bagi orang dewasa atau orang tua. Tidak semua siawa SD dapat membaca dalam hati. Membaca dalam hati siswa SD tetap dilakukan dengan membaca bersuara atau membaca secara berbisik-bisik. Tidak dapat dilaksanakan secara sempurna. Khusus kelas I dan kelas II tidak ada pembelajaran membaca dalam hati. Kelas III-IV dapat dilatih membaca dengan suara bisik-bisik. Sedang kelas V-VI dapat membaca dalam hati secara lebih baik.
Membaca dalam hati yaitu membaca dengan tidak mengeluarkan kata-kata atau suara. Dengan membaca dalam hati siswa dapat lebih berkonsentrasi, sehingga lebih dapat memahami isi yang terkandung dalam sebuah bacaan. Membaca dalam hati sebenarnya membaca bagi orang dewasa atau orang tua. Tidak semua siawa SD dapat membaca dalam hati. Membaca dalam hati siswa SD tetap dilakukan dengan membaca bersuara atau membaca secara berbisik-bisik. Tidak dapat dilaksanakan secara sempurna. Khusus kelas I dan kelas II tidak ada pembelajaran membaca dalam hati. Kelas III-IV dapat dilatih membaca dengan suara bisik-bisik. Sedang kelas V-VI dapat membaca dalam hati secara lebih baik.
Tujuan pembelajaran membaca dalam hati agar siswa dapat:
a. berkonsentrasi
fisik dan mental
b. membaca
secepat-cepatnya
c. memahami
isi
d. menghayati isi
e. mengungkapkan
kembali isi bacaan.
B. MENULIS
2.1
Pengertian Menulis
Menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang , sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik tersebut. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Menulis adalah suatu
kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media
Menulis adalah
suatu bentuk berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca tertentu dan bagi
waktu tertentu. salah satu dari tugas-tugas terpenting sang penulis sebagai
penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berfikir,yang akan dapat
menolongnya mencapai maksud dan tujuan. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip
yang di maksudkan itu adalah penemuan ,susunan,dan gaya. Secara singkat;
belajar menulis adalah belajar berfikir dalam/ dengan cara tertentu.(D’Angelo, 1980: 5)
2.2
Fungsi Menulis
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi
yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berfikir. Juga dapat menolong kita berfikir
kritis. Juga dapat mempermudahkan kita merasakan hubungan-hubungan, memperdalam
daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi,
menyusun urutan bagi pengalaman.
2.3
Tujuan Menulis
Menurut Hugo Hartig
tujuan menulis adalah sebagai berikut:
·
Assignment
purpose (tujuan penugasan).
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri
·
Altruistic
purpose (tujuan altruistic)
Penulisan bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan
kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai
perasaan dan penalarannya , ingin membuat hidup para pembaca lebih muda dan
lebih menyenangkan dengan karya itu. Tujuan altruistic adalah kunci keterbacaan
sesuatu tulisan
·
Persuasive
purpose (tujuan persuasive)
Tujuan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
di utarakan.
·
Informational
purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tujuan yang
bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca
·
Self –
expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tujuan yang
bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para
pembaca
·
Creative
purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat
berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” disini
melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma
artistic, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuanmencapai
nilai artistic, nilai-nilai kesenian.
·
Problem-solving
purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan
seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang di hadapi. Sang penulis
ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat
pikiran –pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat di mengerti dan di
terima oleh pembaca. (Hipple, 1973 :309-311)
2.4
Ragam tulisan
Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Sebagai
contoh kita sebutkan beberapa klasifikasi yang pernah di buat.
Salisbury (1955)
membagi tulisan berdasarkan bentuknya sebagai berikut:
Bentuk-bentuk obyektif, yang mencakup:
a) Penjelasan
yang terperinci mengenai proses
b) Batasan
c) Laporan
d) Dokumen
Bentuk-bentuk subyektif, yang mencakup:
a) Otobiografi
b) Surat-surat
c) Penilaian
pribadi
d) Esei informal
e)
Potret/gambaran
f)
Satire. (Salibury, 1955)
2..4 Hubungan antara membaca
dan menulis
Antara penulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita
menuliskan sesuatu, maka pada prinsipnya kita ingin agar tulisan iti di baca
oleh orang lain; paling sedikit dapat kit abaca sendiri pada saat lain.
Demikianlah , hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan
antara penulis dan pembaca.
2.5 Tahap
tahap kemampuan membaca dan menulis pada anak
Pada era globalisasi seperti sekarang ini
telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada bidang teknologi informasi.
Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca tulis, yaitu perwujudan perilaku
yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan kebutuhan baca tulis.Namun
hingga saat ini budaya baca tulis belum sepenuhnya berkembang di masyarakat
Indonesia. Karena itu jika bangsa Indonesia ingin berhasil dalam pembangunan
dimasa depan, pengembangan budaya baca tulis mutlak diperlukan.Yang menjadi
persoalan sekarang adalah, kapan kemampuan membaca dan menulis mulai
diajarkan? Jawaban pertanyaan itu sebenarnya masih berupa polemik. Bagaimana
tidak? Sebagian ahli mengatakan membaca dan menulis barudapat diajarkan setelah
anak masuk SD sebagaimana kebijakan kurikulum TK sekarang ini. Tetapi banyak
juga ahli yang mengatakan bahwa membaca dan menulis harus diajarkan sejak
dini.Durkin (dalamNurbianaDhieni, 2005 : 5.2) telah mengadakan
penelitian tentang pengaruh membaca dini pada anak-anak. Dia menyimpulkan bahwa
tidak ada efek negatif pada anak-anak yang diajar membaca dini. Steinberg (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.2) juga mengemukakan
bahwa anak-anak yang mendapatkan pelajaran membaca dini umumnya lebih maju di
sekolah. Hal tersebut masih diperkuat oleh pendapat Moleong (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.3) yang mengatakan
salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak TK adalah kemampuan membaca
dan menulis.
Jadi pengembangan kemampuan membaca dan
menulis di TK dapat dilaksanakan selama masih dalam batas-batas aturan
praskolastik dan sesuai dengan karakteristi kanak, yakni belajar sambil bermain
dan bermain sambil belajar.Untuk mengajarkan kemampuan membaca pada anak TK,
guru perlu mengetahui tahapan perkembangan kemampuan membaca padaanak.Menurut
Cochrane Efal(dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.9).
A. Tahap-tahap
perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung
dalam lima tahap yakni:
1. TahapFantasi
(Magical Stage)
Pada tahap ini anak
mulai belajar menggunakan buku. Anak mulai berpikir bahwa buku itu penting
dengan cara membolak-balik buku.
2. TahapPembetukanKonsepDiri
(Self Concept Stage)
Anak memandang
dirinya sebagai pembaca dan mulai melibatkan dirinya dalam kegiatan membaca,
pura-pura membaca buku.
3.
TahapMembacaGambar (Bridging Reading Stage)
Anak menyadari
cetakan yang tampak dan mulai dapat menemukan kata yang sudahdikenal.
4.
TahapPengenalanBacaan (Take-off Reader Stage)
Anak mulai
menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic dan
syntactic) secarabersama-sama.Anak mulai tertarik pada bacaan dan
mulai membaca tanda-tanda yang ada di lingkungan seperti membaca kardus susu,
pasta gigi dan lain-lain.
5.
TahapMembacaLancar (Independent Reader Stage)
Anak dapat membaca
berbagai jenis buku secara bebas.
Huruf dan
kata-kata merupakan suatu yang abstrak bagi anak-anak, sehingga untuk
mengenalkannya guru harus membuatnya menjadi nyata dengan mengasosiasikan pada
hal-hal yang mudah diingat oleh anak. Pertama kali mengenalkan huruf biasanya
guru memusatkan hanya pada huruf awal suatu kata yang sudah di kenal anak. Dan
agar tidak ada kesan pemaksaan “belajar membaca” pada anak maka harus dilakukan
dengan menyenangkan
B. Tahap-tahap
perkembangan anak dalam menulis :
Tahap 1 : Coretan
awal, coretan acak, coretan-coretan sering kali digabungkan seolah-olah
“krayon” tidak pernah lepas dari kertas.
Tahap 2 : Coretan
terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis-garis atau titik-titik)
diulang- ulang, biasanya bentuk lonjong,
tanda-tanda itubelum berhubungan.
Tahap 3 :
Pengulangan Garis dan Bentuk
Tahap 4 : Berlatih
huruf. Anak-anak biasanya sangat tertarik huruf-huruf dalam nama mereka
sendiri.
Tahap 5 : Menulis
nama
Tahap 6 : Menyalin
kata-kata yang ada di lingkungan. Kata-kata yang terdapat pada poster di
dinding atau dari kantong kata sendiri.
Tahap 7 : Menemukan
Ejaan. Anak usia 5-6 tahun ini telah menggunakan konsonan awal (L untuk
Love). Konsonan awal, tengah dan akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata
dinosaurus.
Tahap 8: Ejaan
Baku. Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar
menjadi kata lengkap.
2.5 Cara mengajar menulis
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pembelajaran writing dengan menggunakan metode ini
digambarkan sebaimana berikut:
· Membagi Pasangan
Sebelum memulai kegiatan
menulis, guru membagi siswa secara berpasangan. Siswa yang mempunyai kemampuan
lebih baik dipasangkan dengan siswa yang agak lemah kemampuannya. Siswa
yang pandai tersebut berperan sebagai Helper (H) dan siswa yang kemampuannya
rendah sebagai Writer (W)/ penulis. Helper berperan membantu writer selama
proses KBM.
· Kegiatan Warming up
Dalam kegiatan ini guru
menyuruh siswa melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan
atmosfer pembelajaran yang dapat nyaman dan memunculkan rasa saling percaya.
Warming up berfungsi untuk menciptakan suasana yang akrab antara helper (H) dan writer(W)
· Kegiatan Inti dalam CW
Setelah dirasa bahwa siswa
sudah merasa nyaman dan akrab. Guru mulai menjelaskan enam langkah yang harus
dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran menulis dengan menggunakan CW. Guru
bisa memberikan petunjuk kegiatan (lihat lampiran) yang harus dilakukan pada
masing-masing langkah dan memberikan contoh bagaimana melakukannya. Berikut ini
diskripsi kegiatan pada masing-masing langkah yang harus dilakukan helper dan writerselama kegiatan.
Ide-ide
Untuk membantu siswa agar
memahami pentingnya komponen dalam karangan narrative seperti tokoh, setting,
masalah, dan penyelesaiannya, siswa diberikan pertanyaan lengkap berikut yang
mayoritas diawali dengan kata tanya “WH”. Tujuannya untuk membangun gagasan ide
penulis. Pertanyaan yang dapat diberikan sebagaimana berikut:
· Who did what?
· What happened?
· Where did it happen?
· When did it happen?
· Who are the main
characters in the story?
· Why did he/she/they
do that?
· What was the problem?
· How did he/she/they
solve the problem?
· What happened next?
· Then what?
· Did anyone learn
anything at the end?
· What was the lesson
the characters learned?
· (Ask any questions
you can think of.)
Untuk memancing munculnya
ide, Helper memulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada
dalam daftar diatas. Helper diperbolehkan mengembangkan
pertanyaan yang ada. "Ask any question"
disini artinya helper diberikan kesempatan juga mengembangkan pertanyaannya
sendiri. Sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan secara verbal,
penulis juga mencatat kata-kata kunci. Penulis (writer) dimungkinkan
untuk menulis informasi-informasi penting yang ingin dia tulis.
Pasangan
siswa kemudian mengamati kata kunci yang ditulis oleh writer dan merumuskan susunan atau urutan kejadian dan
mereka diperbolehkan mengganti susunan dan urutan kejadian yang dirasa kurang
tepat. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan nomer pada masing-masing kata
kunci yang telah ditulis sesuai dengan urutan yang mereka anggap benar .
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan dan informasi, yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk
mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. ( Anderson 1972 : 214 ).
Secara garis besarnya terdapat dua
aspek penting dalam membaca, yaitu:
·
Keterampilan
yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah (lower order).
·
Keterampilan
yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order).
Tujuan menulis adalah
·
Untuk
memeberikan suatu informasi
·
Untuk meyakinkan
atau mendesak
·
Untuk menghibur
atau menyenangkan
·
Untuk
mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat
Saran
Penulis
manusia biasa yang banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu penyusun
menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah pembelajaran pembelajaran
menulis, setelah membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap.
Setelah kita mengetahui tentang berbagai hal tentang menulis diharapakan kita
dapat menulis dengan baik dan benar.
No comments:
Post a Comment